
Dr. Mhubib Abdul Wahab
(Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah)
Pengantar Diskusi:
Pengembangan Pesantren by Design (Ala Muhammadiyah) saya kira topik ini menarik karena sebagian besar orang mengetahui/mengenal bahwa pesantren itu dikelola oleh masyarakat kaum muslim dari kalangan Nahdhotul Ulama (NU), tapi saya kira bahwa Muhammadiyah cikal bakalnya juga tidak jauh berbeda dengan NU. Dari sejarah KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim ‘Asy Asy’ari itu sepupuan dan belajarnya boleh dibilang kepada ustadz yang sama. Tapi saya kira jalur perjuangan dan dakwah ini berbeda dan ini berdampak belakangan terjadinya perbedaan-perbedaan kecil terkait dengan beberapa hal yang menurut saya tidak begitu penting, tapi itu menjadi perhatian juga bagi kalangan masyarakat.
Belum dilihat secara penuh ini adalah perkembangan pesantren ala Muhammadiyah yang saya kenal dahulu itu namanya Daaru-l-Akrom. Saya pernah mengikuti kegiatan mirip-mirip pesantren kilat di sekolah, tapi saya kira itu mempunyai pengaruh karena Daaru-l-Akrom ini punya sejarahnya juga pada perjuangan Nabi Muhammad SAW ketika masih berada di Mekkah, saya kira ini masih ada kaitannya. Muhammadiyah saya kira sebagai salah satu organisasi keagamaan yang besar juga selain NU, mengembangkan pesantren yang sebagai informasi juga bagi kita semua.
Kita semua sudah mengetahui bahwa Muhammadiyah ini dikenal punya keahlian dan pengkhususan atau ghiroh dalam dunia pendidikan formal, dari TK mungkin sampai perguruan tinggi. Siapapun pasti tidak bisa menyangkal Muhammadiyah adalah pendidikan formal dan kita juga tidak menyangkal bahwa peran besar NU dalam pendidikan model pesantren yang saya kira di mana-mana sudah ada bahkan dari sekarang ada gerakan “Ayo Mondok”. Ini sangat menarik apalagi sudah ada undang-undang pendidikan pesantren dan yang lebih menarik lagi untuk kita ketahui bersam-sama sehingga kita bisa mengambil peran. Saya kira P2i ini punya peran yang sangat strategis didalam pengembangan 2 model pesantren: NU dan Muhammadiyah. (Dr. Farhan UIN Jakarta).
Pengantar:
Beberapa hari yang lalu mendapat pesa di WA tapi tidak ada nama pengirimnya tapi saya lihat di suratnya ada tanda tangan pa Kiai Tata Insya Allah saya sanggupi. Saya lihat tema-tema yang disodorkan sangat menarik dan mungkin kita saling belajar, berbagi pengalaman, berbagi paradigma konsep pengembangan pesantren. Kalau kami di Muhammadiyah memang mempunyai pesantren tetapi tidak semasif dengan apa yang dikelola oleh kawan-kawan di NU, walaupun saya tahu pesantren di lingkungan NU sebenarnya bukan milik organisasi tetapi lebih banyak milik orang per orang atau milik keluarga, mungkin nanti ada plus minusnya kalau kita komparasikan.
Kalau tidak salah judul yang diberikan ke saya itu “Pengembangan Pesantren By Design” tapi saya rubah “Pengembangan Pesantren Berbasis Sistem” karena memang Muhammadiyah selama ini amal usahanya bisa besar karena sistem yang dikembangkan bukan mengandalkan figur, walaupun tetap ada figur-figur yang memiliki peran, yang layak dijual, yang memiliki akses terbuka, memilki mobilitas tinggi dan lain sebagainya. Kemudian anak judulnya kalau tidak salah ada “kultur Muhammadiyah” istilah ini menjadi menarik karena memang pesantren harus mengembangkan kultur/budaya. Tradisi pesantren di Muhammadiyah itu sebenarnya sudah dimulai sejak Muhammadiyah didirikan pada 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan ketika pada mulanya mendirikan namanya “Al-Qismu Arqo”. Ini pengantar dulu yang ada di Jogja yang didesign sekolah berasrama dan memang menyiapkan kader-kader, kalau dalam bahasanya KH. Ahmad Dahlan itu “kader-kader ulama/ kader umat/ kader bangsa/ kader pendidik”. Jadi memang sekolah Mu’allimin dan Mu’allimaat yang sekarang masih ada itu didirikan pada tahun 1918 asal tidak salah, tidak lama setelah Muhammadiyah berdiri dan memang masih pada masa kepimpinan KH. Ahmad Dahlan.
Kalau kita lacak kebelakang saya pernah meneliti dan terinsprasi oleh bukunya Azyumardi Azra“Jaringan Kiai Pesantren di Jawa dan di Madura abad ke-20”. Saya menemukan bahwa poros Kiai di jawa itu mengkrucut kepada dua figur dan itu pernah ditulis dan dipublikasikan di Studia Islamika, yaitu KH. Hasyim ‘Asy’ary dan KH. Ahmad Dahlan. Dan kebetulan kedua-duanya ini memiliki kesamaan relasi hubungan guru dan murid. Pernah menjadi santri Kiai Sholeh Darat Al-Samarangi dan belajar bersama ke Kiai Mahfudz At-Tarmasi di Haromain, Syekh Nawawi Al-Bantani, Syekh Khatib Minangkabau. Hanya memang khithoh perjuangannya sedikit berbeda karena mungkin secara geografis keduanya hidup di lingkungan yang berbeda. KH. Ahmad Dahlan tinggal di kota Jogja yang masyarakatnya relatif sudah lebih maju. Sementara KH. Hasyim ‘Asy ‘ary tinggalnya di Jombang sedikit di kampung walaupun sekarang sedikit-sedikit sudah menjadi kota. Atau jangan-jangan dahulunya sudah janjian bahwa KH. Ahmad Dahlan mengurusi masyarakat kota pada umumnya sedangkan KH. Hasyim ‘Asy ‘ary lebih mengurusi masyarakat perdesaan.
Qismu Arqo Cikal Bakal Pesantren Muhammadiyah:
Sejak mendirikan Qismu Arqo dan kemudian berubah menjadi Madrasah Mu’allimin dan Mu’allimat yang berasrama hingga sekarang, sebetulnya Muhammadiyah juga memiliki pesantren. Memang tidak setenar dan banyak yang dimiliki dan dikembangkan oleh kawan kawan kita di NU. Pesanten yang di kampung saya di Paciran Lamongan termasuk pesantren Muhammadiyah paling tua yang berdiri pada tahun 1946, dan ini akan menjadi cikal bakal berdirinya sejumlah pesantren di jawa timur, mungkin saya akan jelaskan datanya.
Baik supaya fokus, saya akan mencoba nanti membahasa beberapa hal yang berkaitan dengan bagaimana pengembangan pesantren MU (Muhammadiyah) berbasis sistem, budaya organisasi dan berikut nanti ada visi misi strategis pesantren MU.
Serius Menganani Pesantren:
Perlu saya jelaskan bahwa di pengurus PP. Muhammadiyah itu lembaga (kita menyebutnya lembaga karena baru berdiri). Lembaga yang secara khusus menangani pesantren adalah lembaga pengembangan pesantren, dan itu baru dibentuk setelah Mu’tamar ke-47 di Makassar pada 2015 yang lalu. Jadi kita agak serius menangani pesantren itu kira-kira 5/6 tahun yang lalu dan ini dimulai dari keperihatinan di kalangan kita bahwa jumlah ulama Muhammadiyah semakin berkurang, yang baca kitab juga semakin sedikit. Walaupun masih tetap ada, kader-kader Muhammadiyah ada yang melanjutkan ke Timur Tengah relatif tidak lebih banyak pada kawan-kawan yang lain walaupun ada juga dan di masing-masing negara yang sudah ada PCIM nya (Pimpinan Cabang Istimewah Muhammadiyah). Di Mesir ada, Jordan, Saudi Arabia, bahkan di Eropa dan di Amerika itu juga ada.
Pada tahun 2015 kita baru memiliki 178 Pesantren (menurut data yang kami miliki disusun oleh Majelis Dikdasmen, Pendidikan Dasar dan Menengah). Setelah ada LP2 (Lembaga Pengembangan Pesantren), dan kami selalu turun ke bawah memberi motivasi, mengembangkan spirit. Selain madrasah juga mengembangkan pesantren juga, makanya pesantren di Muhammadiyah itu didirikan oleh madrasah/sekolah atau menjadi programnya. Jadi ada madrasah dahulu baru ada pesantren, walaupun ada juga diawali dengan pesantren kemudian setelah itu didirikannya madrasah/sekolah.
Kemudian di tahun 2020 itu naik menjadi 356 pesantren, kemudian di bulan April tahun ini dapat informasi data menjadi 384, mungkin kalau dilihat dari segi statistik ini peningkatan yang sangat luar biasa, signifikan dalam 6 tahun terakhir. Ini menunjukkan dari masing-masing PDMM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) sampai pimpinan cabang Muhammadiyah setelah ada hasil mu’tamar tentang pentingnya pengembangan pendidikan pesantren, itu direspon sedemikian positif sehingga disetiap hampir provinsi itu sudah ada pesantren Muhammadiyah. Yang terbanyak saat ini di Jawa Tengah, kemudian di Jawa Timur dan Jawa Barat. Kemudian yang banyak juga ada di Sulawesi Selatan. Dari sini kami merasa dari LP2 itu bahwa pesantren itu tidak boleh berjalan sendiri-sendiri sesuai tradisi dan budaya yang berkembang di Muhammadiyah.
Pesantren Berbasis Sistem:
Lembaga Pendidikan itu harus berbasis sistem, tentu kalua berbasis sistem itu akan ada standarisasinya. Tidak berjalan sendiri sesuai selera kiai atau sesuai selera orang yang mengelolanya. Karena itu amanat yang diberikan oleh mu’tamar kepada Lembaga yang baru dibentuk tadi. LP2 itu ada tiga bentuk utamanya:
Pertama itu bentuk Regulasi, yang membuat pedoman atau panduan, SOP. Alhamdulillah setelah 2 tahun pertama 2015-2016 secara maraton kalau bisa dibilang dua kali dalam satu bulan mesti mengadakan workshop-workshop, yang pertama workshop menyusun pedoman pesantren Muhammadiyah, menyusun panduan pengelolan pesantren. SOP itu kita punya lebih dari 40 SOP, salah satunya ada SOP tentang pesantren sehat, SOP pendirian pesantren, SOP sarana prasarana, SOP pengembangan SDM dan macam-macam lainnya. Kalua di perguruan tinggi itu seperti Lembaga Jaminan Mutu dan Alhamdulillah dalam waktu yang relatif singkat dari sisi regulasi kami bisa wujudkan, sehingga kemudian itu menjadi pedoman yang harus dipatuhi oleh pesantren di lingkungan Muhammadiyah.
Memang nanti ada dua kategori pesantren struktural dibawahi langsung oleh pengurus Pimpinan Muhammadiyah terutama di daerah PDM atau PCM atau sampai ke ranting. Kemudian ada pesantren kultural, itu adalah pesantren yang didirikan oleh warga Muhammadiyah tetapi tidak menginduk atau mereka mandiri. Jadi dalam beberapa hal itu ada pesantren-pesantren yang secara struktural dalam tanda petik tidak menjadi bagian dan tidak mengikatkan diri dengan kepemimpinan atau managerial dari PP. Muhammadiyah, misalnya di kampung saya itu ada dua pesantren yang satu struktural dan yang satu kultural, yang kultural itu pondok pesantren Karangasem Muhammadiyah, itu kita beri kebebasan seperti itu.
Kedua amanah dai PP kepada kami itu standarisasi Kurikulum. Dalam 2-3 tahun kami mengebut membuat standar kurikulum yang berlaku, silabus, buku ajar dan sekaligus standarisasi pengembangan SDM. Kami mempunyai prinsip bahwa kami tidak ingin dalam tanda petik hanya al-mukhofadhotu ‘alaa-l-qodiimi shooleh tapi kami juga berusaha al-ahdu bijadidi-l-ashlah. Contoh dari dua tahun terakhir kami bisa membuat buku mungkin memang tidak lagi kuning tetapi putih, buku berbahasa arab. Kami di setiap level itu ada 7 buku standar misalnya ada Bahasa arab, kemudian ada Syiroh an-Nabawiyah dicetak sangat mewah, tentunya sangat menyenangkan bagi santri yang memegannya. Kemudian ada buku Akhlaq, Al-Qur’an, Fiqih. Dari sisi ini alhamdulillah kami sudah selesai, sehingga kami sempat juga kadang-kadang kami konsultasi dan arahan dari alumni Gontor juga Pak Habib Khirzin. Beliau juga pernah mengatakan bahwa “alhamdulillah pesantren di Muhammadiyah sudah berani berijtihad membuat buku sendiri, dan tidak mewarisi yang sudah ada. Kalau kawan-kawan kami di NU itu kan masih mewarisi buku buku kuning dari dulu itu-itu saja, termasuk juga Gontor juga masih memakai buku-buku yang diterbitkan oleh Gontor dahulu. Alhamdulillah dari sisi ini kami memiliki kemandirian sekaligus keberanian membangun sistem, regulasinya dan standarisasinya.
Ketiga, termasuk juga Monev (Monetoring Evaluasi) terhadap kinejra pesantren MU. Bahkan salah satu pedoman yang kita buat yang belum sempat kita laksanakan karena Covid 19 dan sebagainya yaitu akreditiasi. Jadi Kementrian Agama khususnya PD Pontren itu belum berpikir sampai ke sana tetapi kami sudah sampai ke sana pada bagaimana sampai mutu pesantren MU itu benar benar dapat diandalkan, dipertanggungjawabkan, sekaligus dapat dievaluasi. Kami menyiapkan SOP akreditasi pesantren MU, kita sudah punya regulasinya dan aturan mainnya tinggal pelaksanaannya. Setiap tahun kami rutin melaksanakan Rakor (Rapat Koordinasi) Kiai dan Mudir pesantren MU se-indonesia. Alhamdulillah setiap tahun itu berjalan termasuk tahun ini juga melalui zoom dan alhamdulillah mendapat support dari AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) yang lain terutama perguruan tinggi. Kami ini sebetulnya Lembaga yang tanda petik tidak punya dana atau secara bahasa kami tidak punya RP (rupiah) tapi banyak punya PR. Alhamdulillah dari semua Universitas Muhammadiyah se-Indonesia selalu mensupport dana.
Jadi pesantren di Muhammadiyah itu berbasis sistem bukan berbasih tokoh atau berbasis kepemimpinan figur saja.
Kemudian Standarisasi kurikulum Pesantren MU telah dilakukan LP2 PPM dengan membuat silabus dengan menerbitkan buku ajar berbahasa arab, mulai dari Qur’an, Hadits, akidah, akhlak, fiqih, Sirah Nabawiyah itu sudah menjadi bahan Rakornas untuk pedoman budaya pesantren Muhammadiyah, jadi kami sudah merumuskan budaya pesantren Muhammadiyah nanti saya Share setelah ini. Itu alhamdulillah tingkat ketaatan dan kedisiplinan pesantren untuk mengapresiasi dan mengamalkan panduan dalam pesantren itu cukup tinggi.
Berbasis sistem itu menurut saya, esensinya adalah berbasis regulasi dan budaya organisasi yang bervisi masa depan jelas, sehingga semua pesantren MU itu diharuskan punya visi misi, target, tata kelola, tata pamong, administrasi yang rapih dan terbuka serta efektif. Bahkan secara periodik pesantren MU itu diminta buat laporan tahunan dan disampaikan ke LP2, dari LP2 nanti disampaikan ke PP. Jadi memang sekali lagi kalau akreditasi itu harus memiliki dokumen, memiliki bukti kinerja yang jelas. Selain itu memiliki stategi yang terukur dan berkelanjutan, memiliki managerial yang efektif denagn sprit amar ma’ruf nahi munkar, tajdid, inovasi dan pengabdian dan kemanusiaan.
Budaya Organisasi:
Kemudian di pesantren MU itu dipengaruhi oleh apa yang kami sebut adalah budaya organisasi yang berlaku di lingkuangan Muhammadiyah. Kami melihat budaya organisasi yang dikembangkan dalam perserikatan Muhammadiyah dan nanti ditransfermasi ke pesantren MU adalah seperangkat nilai yang dianut bersama dan menjadi komitmen semua pihak dan semua warga perserikatan, meliputi visi. Jadi pesantren MU itu harus memiliki:
- Visi (vision),
- Tujuan, (goal)
- Keyakinan (belief),
- Norma (Norm, regulation),
- Cara Berpikir (paradigm, mindset),
- Kebiasaan yang berulang-ulang (habit and tradition)
- Symbol (symbol, icon)
Sehingga nanti bisa dihitung dan diukur target-target yang sudah ditetapkan. Sebagai contoh misalnya, beberapa pesantren memasang target bahwa jumlah santri antara tahun pertama, kedua dan ketiga itu meningkatnya sekian persen. Salah satunya contoh MBS (Muhammadiyah Boarding School). MBS Ki Bagus Adi kusomo mrupakan binaan dari PUMNKDKI di Jampang, Parung. Itu merupakan suatu yang luar biasa, karena baru 4 tahun itu santrinya sudah diangka 500 orang. Waktu berdiri itu baru 50 orang dan sekarang sudah berani nolak dan inden, kemudian dari segi fisik pembangunan itu relatif tidak pernah berhenti, sekarang sedang membangun masjid yang cukup representatif. Kemudian kalau saya beri contoh, MBS Prambanan di Jogja itu punya target yang luar biasa, usianya sudah 10 tahun, jumlah santrinya sudah mencapai di angka 2000, jumlah asetnya juga luar biasa sehingga tidak lagi mengandalkan kepada santri, walaupun tetap santri dibebani uang makan.
Jadi kami dengan berbasis sistem dan budaya organisasi yang tertib, modern, rapih memang target kedepannya itu mejadi pesantren MU yang mandiri “al yadu ‘ulya bukan al yadu sufla”, tidak mengandalkan proposal kira-kira seperti itu bahasanya. Karena kami menyadari dengan mengajukan proposal seringkali tidak membawa hasil karena mungkin beda baju dengan Kemenag.
Dari organisasi ini, pertama kami memandang sangat penting semua Lembaga dan Pendidikan pesantren MU itu harus disatukan visinya, jangan sampai yang satunya orientasinya hanya untuk figurnya saja. Bahkan Kiai di kami itu ada SK nya, jadi bukan seperti pesantren-pesantren lainnya yang pesantrennya itu mirip-mirip kerajaan yang pimpinannya itu turun menurun. Kalua di kami itu ada mekanismenya sendiri dan ada SOP-nya sendiri, dipilih berdasarkan musyawarah, diajukan calonnya ke PP, kemudian ada seleksi seperti fit dan proper test dan terakhir nanti ada SK nya, itu sama seperti pemilihan dan penetapan rektor. Jadi memang kami itu memiliki budaya organisasi yang berbeda dari yang lain.
Kemudian yang kedua, melalui budaya organisasi itu kami berharap bisa menyatukan cara berpikir dan bertindak atas nilai-nilai yang dianut bersama. Beberapa kali bapak Hedar Nasir ketua umum PP. Muhammadiyah itu berbicara “Muhammadiyah itu warganya termasuk kaya-kaya, minimal kaya hati. Sehingga apapun amanah yang diberikan itu insyaAllah selalu ditunaikan dan diwujudkan melebihi dari harapan yang memberikan”.
Budaya organisasi dalam pesantren MU itu ada dua nilai, yaitu Budaya Fundamental dan Budaya Intrumental. Kalau budaya fundamental itu meliputi 1) rujukan, referensi tertunya bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah, 2) mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Makanya di Pesantren Muhammadiyah itu sangat diharapkan dan sudah dibuktikan bisa menjadi bagian dari masyarakat, bisa menghidupkan bahkan mengembangkan atau memberdayakan ekonomi masyarakat disekitarnya. Misalnya MBS Prambanan itu banyak sekali masyarakat sekitar yang dilibatkan dalam pengelolaan catering, pengelolaan usaha seperti matrial, laundry, hal keamanan dan kebersihan dll. Sehingga banyak yang merasa dengan keberadaan pesantren itu masyarakat disekitarnya itu menjadi lebih hidup. Bahkan rumah warga yang disekitar itu menjadi tempat penginapan akhir pekan, itu banyak wali santri banyak yang menjenguk anaknya dan menginap di rumah warga, itu sengaja kita fasilitasi sehingga menghidupkan ekonomi sekitar. 3) Gerakan amar ma’ruf nahi munkar. 4) Ijtihad, tajdid, modernitas dan puritanisme. Ini menjadi budaya fundamental yang berlaku di Muhammadiyah. Dalam konteks ini, puritanisme itu diwujudkan dalam bentuk sikap anti kemusyrikan, tahayul, bid’ah, khurofat, junud, taqlid dan lain sebagainya. 5) Kemudian fundamental selanjutnya yang tidak kalah pentingnya itu budaya fundamental berupa visi Islam berkemajuan, yang ini memang agak sedikit berbeda dengan kawan kami yang di sebelah, kalau disebelah itu lebih ke lokalnya (nusantara)/kearifan lokalnya tetapi kalau kami lebih ke progresif atau kemajuannya. 6) Tidak bermadzhab, meskipun tidak bermadzhab bukan berarti tidak mempelajari madzhab dan bukan berarti tidak mengikatkan diri secara madzhab atau manhaj kepada salah satu madzhab fiqih atau madzhab teologi. Akan tetapi berusaha melalui majelis tarjih dan tajdid, katakanlah memilih dan mentarjih pendapat yang dianggap lebih kuat. 7) Gerakan pencerahan. 8) Gerakan Keikhlasan. Diberikan spirit dari KH. Ahmad Dahlan “Hidupilah Muhammadiyah bukan mencari hidup di Muhammadiyah”. 9) dan yang terakhir sprit Al-Ma’un dan Wal Ashri. Saya kira itu kawan-kawan di Muhammadiyah kalau di sebut itu pasti sangat sudah paham, itu bagaimana dahulu KH. Ahmad Dahlan mengajarkan murid-muridnya tafsir surat Al-Ma’un yang tidak berhenti pada pemahaman kognitif, bisa membaca dengan baik dan benar, hafal dan tau artinya dan juga dilanjutkan dengan praktik nyata, yaitu dengan menyantuni anak yatim dan mendirikan Lembaga-lembaga panti asuhan dan lain sebaginya. Itulah sprit Al-Ma’un dan Wal Ashri.
Kemudian yang kedua adalah budaya Instrumentalnya, budaya instrumentalnya disini meliputi 1) Etos fastabiq al-khairat, jadi kita selalu bisa bersaing, untuk menunjukan kekuatan berkompetisi dengan pihak manapun. 2) Tidak menjadikan amal usaha Muhammadiyah seperti milik pribadi atau milik keluarga. Jadi di kami segala nama aset itu bukan nama pribadi, itu semuanya adalah wakaf atas nama PP. Muhammadiyah. Jadi di Pusat itu kami memiliki Majelis Wakaf kehartabendaan, dan sudah mulai mendata sekian banyak, sekian ribu atau sekian juta hektar tanah yang dimiliki oleh Muhammadiyah, aset-aset berupa usaha yang menguntungkan. 3) Tidak mengejar jabatan, tetapi tidak menghidar jika diberi jabata. 4) Dakwah yang menggembirakan, menyejukkan, mencerahkan dan mencerdaskan. 5) Berpikir luas dan bersikap luwes. 6) Sedikit bicara, banyak bekerja.
Jadi dalam mengelola pesantren atau mengembangkan pesantren dengan etos-etos seperti ini insyaAllah akan mewarnai para pengurus dan para pengelolanya. Selain pada itu kami selalu diingatkan agar kita bisa menjauh dari budaya organisasi yang negatif, misalnya: 1) Menurunnya militansi perjuangan dalam mengelola pesantren MU, karena memang seringkali kami melihat di amal-amalusaha Muhammadiyah selalu ada kalau dalam bahasa Gontornya itu “man yu’alliqu-l-jaros”, orang itu yang kemudian dipandang menjadi penggerak. Maka dari itu Muhammadiyah disebut sebagai gerakan, karena memang harus ada yang menggerakan dan penggerak inilah yang menjadi motor organisasi atau motor institusi. 2) melemahnya disiplin organisasi, misalnya tidak menaati asas, AD ART dan lain sebagainya. 3) Banyaknya konflik internal, karena kalau konflik-konflik ini terjadi maka akan menjadi salah satu penyebab kemunduran. 4) Rendahnya partisipasi sivitas akademika pesantren MU. 5) Salah urus dan kelola, maka kemudian kami secara periodik meminta laporan supaya kita bisa melakukan monev, memantau atau mengevaluasi perkembangannya seperti apa, jika ada masalah pusat akan turun tangan. 6) Penyimpangan terhadap regulasi, visi misi pesantren MU, dan akusisi properti dan aset organisasi oleh individu dan/atau keluarga. 7) tidak ada dinamika yang berorientasi kepada peningkatan kualitas dan kemajuan pesantren. Biasanya suka ada laporan dari masyarakat sekitar atau mungkin dari warga perserikatan jika ada sesuatu yang dirasakan tidak seperti biasanya, dan itu insyaAllah cepat kami deteksi.
Itulah pesantren berbasis sistem sehingga kami pun misalnya kami membuat rancangan jangka Panjang apa yang kami lakukan kedepan. Setelah LPP misalnya kami itu merumuskan bagaimana dari 2015 sampai 2040 kedepan itu seperti apa. Kalau dibahas ini akan panjang lebar tetapi pada intinya kami mempunyai harapan, visi dan tujuan ke depan.
Termasuk juga visi pengembangan pesantren MU itu seperti apa? Berikut indikator-indikatornya, kami rumuskan sedemikian rupa di tahun awal kami diminta untuk menjadi pengurus di LP2 ini. Contohnya visinya adalah “Berkembangannya fungsi Pendidikan pesantren yang berbasis al-Islam kemuhammadiyahan, holistic, integratif, bertata kelola baik, serta berdaya saing dan berkeunggulan”. Ini ciri khas kelembagaan Muhammadiyah, dengan beberapa indikatornya seperti ini:
- Berbasis al-Islam kemuhammadiyahan Pendidikan Pesantren Muhammadiyah berazas Islam sesuai paham Muhammadiyah.
- Holistik menyeimbangkan aspek pengetahuan, perilaku dan keterampilan secara utuh.
- Integratif:
- Mengintegrasikan epistemology keilmuan: ilmu agama dan ilmu umum.
- Mengintegrasiakn iman, ilmu dan amal.
- Proses Pendidikan berlangsung secara integrative: di kelas, di pontrenMu dan di masyarakat.
- Bertatakelola Baik Mengembangkan tatakelola (manajemen) kelembagaan pontrenMu yang professional, modern dan Islami.
- Berkeunggulan dan berdaya saing, menumbuh kembangkan budaya mutu pontrenMu yang inovatif dan responsive terhadapa perubahan dan perkembangan zaman serta mengembangkan jaringan dan kerjasama dengan lembaga dalam dana luar negeri.
Indikator visi:
- Pontren Muhammadiyah berkemajuan:
- Sistem Pendidikan Pontren Muhammadiyah bersifat noistikdan integratif (memadukan aspek kognitif, afektif psikomotorik, integrasi ilmu-ilmu keislaman dan kemodernan, beriman, berilmu dan beramal, menyeimbangkan kepentingan duniawi dan akhirat).
- Pontren Muhammadiyah dikelola secara professional, modern dan Islam.
- Pontren Muhammadiyah dikembangkan secara inovatif dan responsif terhadapa perubahan dan perkembangan zaman.
- Pontren Muhammadiyah berdaya saing tinggi:
- Pontren Muhammadiyah memiliki daya Tarik dan keunggulan kompetitif.
- Pontren Muhammadiyah memiliki tata Kelola yang baik (good governance), akuntabilitas dan transparansi.
- Lulusan Pontren Muhammadiyah memiliki keunggulan dalam berbahasa asing (arab dan inggris), berakhlak mulia, berwawasan luas, dan mumpuni dalam penguasaan ilmu-ilmu agama dan sains dan memiliki kemampuan leadership.
- Pontren Muhammadiyah berwawasan internasional:
- Pontren Muhammadiyah dapat mengembangkan lingkungan berbahasa asing (arab dan inggris).
- Pontren Muhammadiyah memiliki jaringan dan Kerjasama internasional (dengan Lembaga Pendidikan di Asean, timur tengah, dan Barat).
- Calon lulusan Pontren Muhammadiyah difasilitasi untuk memperoleh pengalaman lapangan dan pengenalan budaya di luar negeri.
Secara umum karena kami ini sifatnya membawahi, mengembangkan, memomitoring. Maka kami mempunyai Program Strategis Pengembangan Pesantren MU berbasis sistem:
- Pengembangan manajemen kelembagaan Pesantren Muhammadiyah. Karena memang kita harus mentata betul, kami pernah resert atau pengamatan jumlah pesantren yang ada.
- Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM pesantren MU. Ini memang kami merasa kekurangan SDM terutama Kiai. Jadi sebenarnya masyarakat perserikatan yang di daerah ingin sekali mendirikan pesantren tetapi tidak mempunyai Kiai.
- Pengembangan sistem Pendidikan pesantren MU yang holistik dan integratif.
- Pengembangan budaya mutu pesantren MU yang inovatif san responsive.
- Pengembangan jejaring dan Kerjasama pesantren MU dengan instansi lain. Minimal kita saling Kerjasama antaran kita dahulu (internal). Misalnya pesantren MU dengan AUM yang ada di daerahnya masing-masing, apakah itu PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah), rumah sakit Muhammadiyah, sekolah-sekolah Muhammadiyah sehingga kerja sama ternyata itu kemudian lebih bisa memfasilitasi dan memudahkan mobilitas pengelolaan pesantren MU.
Ke depan kami mempunyai mimpi Pesantren Muhammadiyah itu Pesantren yang berkemajuan dan berorientasi masa depan (tidak masa lalu). Maka kami pun secara periodik, buku yang kami cetak ini dan sudah berlaku ini warna warni dan kami juga mempunyai percetakan di Jogja. Itu juga selalu di review (bukunya), diadakan TOT kemudian masing-masing peserta diberi catatan, masukan apa yang mesti direvisi sehingga kurikulum pun tidak menjadi kurikulum yang statis lalu dinamis tetapi selalu direview, dikoreksi, direvisi bahkan diberi pengayaan-pengayaan.
Pesantren Muhammadiyah yang berkemajuan itu:
- Berbasis pada sistem Pendidikan modern (bukan tradisional)
- Segenap santri, Ustadz, dan pimpinan harus memiliki pemikiran yang berorientasi ke depan dan menjadi teladan yang baik.
- Memiliki infrastruktur dan sarpras (sarana prasarana) yang maju dan modern. Ini kami buktikan di beberapa pesantren kami.
- Memiliki keyakinan pada prinsip-prinsip agama, sikap, dan paham Muhammadiyah. Paham yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-sunah, berspirit tajdid, inovasi dll.
- Memiliki wawasan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal. Ini banyak dibuktikan dalam pembentukan LazizMu (Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah) di setiap Amal Usaha Muhammadiyah yang dari sisi kinerjanya mendapatkan pengakuan dunia sebagai lembaga dengan kontribusi tanggap darurat dalam kebencanaan terbaik, itu diakui oleh lembaga Amerika Serikat.
- Memiliki sistem yang bagus dan maju, tata Kelola yang bagus, administrasi yang rapi, modern dan terbuka.
- Mampu membawa dan mencapai tujuan Muhammadiyah. Jadi pesantren di Muhammadiyah itu bagian dari keseluruhan usaha mewujudkan tujuan Muhammadiyah itu sendiri, yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya di Indonesia ataupun di dunia Internasional.
Bentuk Pesantren MU itu bisa berupa satuan pendidikan (yang memenuhi rukun pesantren) terintegrasi dengan madrasah/sekolah Muhammadiyah yang sudah berdiri (lebih dahulu), jadi satu kesatuan bukan pesantren saja. Bisa berupa program (pesantren sebagai program unggulan saja), jadi ada sejumlah madrasah yang kemudian sebagian siswanya itu diasramakan. Jadi kita membuat semacam asrama/boarding school tetapi bukan berlaku bagi semua akan tetapi hanya program unggulan saja.
Trend MBS:
MBS (Muhammadiyah Boarding School); sebagai satuan Pendidikan pesantren. MBS ini menjadi trend bagi kami, walaupun ketika didaftarkan di Kemenag dinamai Pesantren, ini hanya “nama komersil”. Tatapi ensesinya tetap pesantren juga. Jumlahnya yang resmi terdaftar 164 pesantren. Sednagkan MBS sebagai program unggulan sekolah sebanyak 192 lembaga.
Adapun dari segi Manajemen Pesantren Berkemajuan terdiri dari: Kepemimpinan, Pembiayaan, Humas, Kesiswaaan/santri, Kurikulum, Pendidik dan Tenaga kependidikan, Sarana dan Prasarana, serta Tata Laksana.
Tujuannya: mencetak ulama, zu’ama, dan pendidik.
Manajemen SDM Pesantren terdiri dari:
- Mudir
- Wakil Mudir
- Kepala Sekolah/Madrasah
- Wakil Kepala Sekolah/Madrasah
- Kepala Tata Usaha
- Ustadz/Ustadzah/Guru
- Pamong
- Hubungan Masyarakat
- Penanggung jawab asrama
- Penanggung jawab catering
- Penanggung jawab kantin
- Penanggung jawab koperasi
- Penanggung jawab klinik
- Penanggung jawab keamanan
- Penanggung jawab kebun
- Dll
Profil Lulusan Pesantren MU:
- Bertakwa kepada Allah SWT (Berakidah lurus, beribadah secara benar, dan bermuamalah hasanah)
- Berakhlak mulia
- Mampu membaca Al-Qur’an dengan fasih, lancer dan memahami maknanya dengan benar.
- Mampu menghafal minimal 5 Juz Al-Qur’an (1, 2, 28, 29 dan 30)
- Mampu menghafal minimal 250 hadits pilihan.
- Mampu menjadi pendidik, mubaligh/muballighah, dan imam sholat.
- Memiliki kompetensi kepemimpinan dan kekaderan
- Mahir berbahasa Arab dan Inggris
- Mandiri dan berjiwa wirausaha
- Memiliki keterampilan social (public speaking, keorganisasian, kepanduan, membangun jejaring, dsb)
- Memiliki kemampuan membaca khazanah Islam (kutub turats).
Pesan PP. Muhammadiyah untuk Pesantren MU Masa Depan; perubahan sangat cepat, harus antisipasi dan respon cepat dan tepat, perlu terus menerus belajar serta berpikir kritis, kreatif, inovatif dan produktif.
Tuntutan Global Pesantren Di Abad 2: Berpikir kritis, merumuskan dan memecahkan masalah, Inovatif dan kreatif, ICT, komunikasi dan menguasai multi bahasa, ini semuanya berdampak pada pembelajaran di pesantren MU.
Aktualisasi Ruh (jiwa) pesantren MU, Kami juga berusaha mengembangkan panca jiwa yang ada di Gontor, yaitu:
- Keikhlasan
- Kejujuran
- Kerja keras
- Tanggung jawab
- Persaudaraan
- Kebebasan
- Kesederhanaan
Budaya Pesantren dikembangkan sebagaimana Tabel berikut:
No | Nilai Budaya | Indikator Operasional Nilai Budaya |
1 | Keikhlasan | Menjaga kebersihan hatiBerpikir positif (husnuzhaan)Menunjukan kebesaran hatiMenjauhkan diri dari ujub, riya’, dan sum’ah (jubria)Menerima kebijakan pesantren sepenuh hatiBerbuat yang terbaik untuk pesantren |
2 | Tafaqquh fii ad-Diin wa al-Ulum | Mempelajari agama Islam dan sainsMendalami agama Islam dan sainsMengembangkan agama Islam dan sainsMengamalkan agama Islam dan sains |
3 | Tajdid | Bersikap terbuka dan dinamisMelakukan perubahan dan positifBerpikir maju, kritis, kreatif, dan inovatifMenunjukan keberanian melakukan purifikasi dan reinterpretasiMemberikan respon cepat dan solusi tepat terhadap masalah (responsive dan solutif)Berjiwa Gerakan (siap mejadi penggerak perubahan dan kemajuan) |
4 | Integritas | Berperilaku jujur dan amanahBerperilaku saleh (individual dan sosial)Menaati aturan yang berlakuMenjauhi perbuatan tercelaMemiliki tanggung jawabBekerja ikhlas, keras, cerdas, tuntas, dan berkualitas. |
5 | Ukhuwwah (Persaudaraan) | Mendahulukan/mengutamakan orang lain (itsar)Membiasakan persaudaraan keislamanMenjaga persaudaraan kemanusiaanMemperkuat persaudaraan kebangsaan |
6 | Disiplin | Menunjukan taat asasMematuhi peraturan dan tata tertib yang berlakuMengamalkan disiplin waktu, disiplin beribadah, disiplin belajar, disiplin berorganisasi, disiplin olahraga, dsbMembiasakan tertib dan antri |
7 | Mandiri | Memiliki indepensi (tidak tergantung pada orang)Mampu mangambil keputusanMenunjukan kedewasaan berprilakuMelayani diri sendiriMenunjukan rasa tanggung jawab yang tinggi |
8 | Moderat | Berperilaku proporsional, wajar dan tidak ekstrimMenunjukan wawasan keberagamaan luas dan luwesMemiliki kearifan dalam bertindakMenjauhi paham radikalisme dan liberalisme |
10 | Sederhana | Berperilaku sederhana dengan penuh syukurMerasa cukup (qana’ah), tidak menuntut lebihMenjauhi perilaku berlebih-lebihan dan boros (israf wa tabzir)Berperilaku hemat: energi, air, waktu, biaya, dan sebaginya |
10 | Kerjasama (ta’awun) | Menerima perbedaan dan kekurangan orang lainMembiasakan musyawarah dalam mengambil keputusanMembiasakan kerja kolektif (team work), tidak egois dan individualisMenghargai pendapat dan karya orang lainBertindak imparsial (memberi layanan tanpa membedakan agama dan latar belakang seseorang) |
11 | Istiqomah | Memiliki keteguhan hatiBerpendirian kuatMenunjukan ketekunan dalam beribadah dan bermuamalahMenjaga konsitensi dalam beramal shalihMembiasakan diri bersabar dalam berjuang dan menghadapi musibahMembiasakan diri bersyukur atas segala anugerah AllahBersikap arif dan bijaksana dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah |
12 | Pola Hidup Bersih dan Sehat | Mencuci tangan dengan sabunMembuang sampah pada tempatnyaMembeli jajanan di kantin sehatOlahraga teratur dan terukurMemberantas jentik nyamukTidak merokokMenimbang berat badan dan mengukur tinggi badanMenjaga kebersihan badanMemelihara Kesehatan reproduksiMemelihara Kesehatan jiwaMengonsumsi makanan sehatMenggunakan air bersih |
13 | Ramah santri | Membiasakan 5 S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun)Menjahui kekerasan verbal dan non verbalMemfasilitasi kebutuhan difabelMenjauhkan diri dari pembulian (perundungan) |
14 | Sopan Santun (Beretika) | Bertutur kata santunBerpakaian Islami (menutup aurat, bersih, sopan, modis)Menghormati orangtau dan guruMenghargai sesame teman (santri)Membiasakan berdoa sebelum dan sesudah melakukan perbuatan baikMembiasakan berterima kasihMembiasakan memberi dan meminta maaf |
15 | Gemar Beramal Shaleh | Membiasakan sedekah qabla dirasahMembersihkan lingkungan pesantren, seperti memungut sampah dan membuang pada tempatnyaMenabung untuk berkurbanBerbagi makanan dan minumanBerjiwa memberi daripada meminta |
16 | Layanan | Memberi layanan prima (zero complain)Selalu melakukan perbaikan dan peningkatan mutu (continuous improvement)Focus dan setia kepada penerima layananMemberi layanan secara humanis danMengembangkan layanan dalam rangka mewujudkan Islam berkemajuan |
17 | Percaya diri | Memiliki konsep diri yang unggulMemainkan peran kepemimpinan dan keorganisasian yang efektifMemiliki wawasan luas dan keterampilan (hidup, Bahasa asing, social atau lainnya) yang mumpuniMenunjukan optimisme yang tinggiBerupaya mewujudkan masa depan lebih baikMembiasakan diri bertawakal kepada Allah setelah berikhtiar dan berdoa |
Jadi hasil kerja keras kami selama beberapa tahunn terakhir untuk mengembangkan dan memajukan pesantren MU. Yang jelas secara koseptual, organisasional dan managerial kami sebagai pengembang pesantren yang realatif baru atau boleh dikatakan pendatang baru insyaAllah siap bersaing terhadap pesantren-pesantren yang ada dengan segala keterbatasan sekaligus kelebihan kami. Yang jelas kami pasar-pasar tersendiri, alhamdulillah secara umum pesantren-pesantren yang dikembangkan oleh Muhammadiyah juga diminati oleh masyarakat, tidak hanya Muhammadiyah tetapi banyak juga beberapa pesantren Muhammadiyah santrinya itu berlatar belakang saudara-saudara yang lain.
Saya kira itu yang bisa saya sampaikan mudah-mudahan ini menjadi sekedar sharing saja. Kami juga terbuka menerima masukan dan kritik dan sebagainya. Siapa tahu pembacaan dan pengamatan kawan-kawan terhadap pesantren MU masih underestimate, kami siap menampung masukan-masukan atau pendapat-pendapat.
Sumber Diskusi Kepesantrenan P2i 21 April 2021