Menteri Agama RI

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Yang kami muliakan para ulama

Para masayikh yang hadir di tengah – tengah kita pada kesempatan di pagi ini

Wabil khusus kepada Bapak Kyai H. Hasan Abdullah Sahal

Orang tua kita pengasuh Pesantren Darunnajah Kyai Mahrus

Rektor UNIDA yang telah hadir bersama kita Prof. Dr. Amal Fatullah

Dan masih banyak tokoh – tokoh yang belum saya sebut

Seluruh asatidz, seluruh pengasuh pondok pesantren yang terhimpun dalam Perhimpunan Pengasuh Pesantren Se – Indonesia

Para tamu undangan dan hadirin sekalian yang berbahagia!

Tentu saya merasa bersyukur pagi hari ini bisa hadir di sini meskipun saya belum sempat mengatur napas masih sedikit terengah – engah pertama tentu saya mohon maaf yang sebesar – besarnya karena saya tidak bisa hadir tepat waktu sesuai di undangan karena baru saja kami membuka kegiatan Gerak Jalan Di Kementrian Agama yaitu Gerak Jalan Kerukunan yang diikuti oleh hampir sepuluh ribu umat beragama mewakili majelis – majelis agama dalam rangka Hari Amal Bakti Kementrian Agama Ke-72, karena kita tahu Kementrian Agama Lahir didirikan oleh para pendahulu kita tanggal 03 Januari 1946 dan dalam rangka memperingati hari jadinya yang ke – 72 kami di Kementrian Agama mengadakan serangkaian kegiatan yang salah satunya adalah tadi pagi yaitu menyelenggarakan Gerak Jalan Kerukunan yang diikuti oleh semua umat beragama, jadi sekali lagi saya mohon maaf yang sebesar – besarnya atas keterlambatan saya untuk hadir di sini.

Bapak ibu saudara – saudara sekalian yang saya hormati!

Tentu selaku Menteri Agama saya kembali merasa bersyukur bahwa saya hadir di sini tidak hanya sekedar untuk bisa bersilaturahim bertemu dengan para pengasuh pondok pesantren di Indonesia tapi sekaligus juga ikut bersyukur karena hari ini akan ada peluncuran yaitu peluncuran Perhimpunan Pengasuh Pesantren Indonesia yang tentu ini akan ada banyak sekali manfaatnya bagi kita tidak hanya bagi Pondok Pesantren itu sendiri karena tentu ketika para pengasuh berkumpul banyak sekali hal – hal manfaat yang bisa saling diinformasikan dibagi antar sesama dan jauh tidak kalah pentingnya bahwa dengan lahirnya Perhimpunan Pengasuh Pesantren Indonesia ini harapannya tentu akan memberikan manfaat dan maslahah bagi kehidupan keagamaan hususnya umat islam di Republik tercinta ini.

Dalam kesempatan yang baik ini tentu saya ingin menyampaikan satu atau dua hal mudah – mudahan ini bisa menginspirasi sekaligus bisa memotivasi hususnya P2i ini ( Perhimpunan Pengasuh Pondok Pesantren Indonesia ) bahwa di banyak kesempatan saya sering mengatakan bahwa eksistensi keberadaan pesantren ini bisa dilepaskan dengan konteks ke Indonesiaan kita sejarah telah mencatat bahwa tulang punggung pendidikan islam hakikatnya adalah pesantren, pesantren adalah pendidikan islam tertua di Indonesia jauh sebelum madrasah – madrasah lahir, madrasah dalam pengertian formal seperti yang kita rasakan sekarang ini jauh sebelum perguruan tinggi islam hadir maka pondok – pondok pesantren telah hadir di tengah – tengah kita bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka, dan setiap pondok pesantren umumnya itu diawali dengan mendirikan masjid.

Biasanya sejarahnya pondok pesantren itu bermula dari rumah kyai nya lalu kemudian masjid yang menjadi sentral seluruh aktivitas lalu kemudian karena semakin banyak santri yang hadir dari berbagai penjuru lalu kemudian dibangunlah beberapa bangunan – bangun tempat tinggal para santri, tempat belajar para santri dan yang menjadi sentral  umumnya adalah masjid dan ketika pondok pesantren itu semakin berkembang dan terus berkembang umumnya di Indonesia pondok – pondok pesantren itu tidak hanya sekedar membangun, mendirikan madrasah – madrasah tapi juga perguruan tinggi, kita bisa mengenali tidak hanya di Jawa di luar Jawa pun sudah mulai tumbuh pesantren yang juga mendirikan perguruan – perguruan tinggi dan ini khas Indonesia kita tidak temukan di Negara lain seperti kita dan lalu kemudian kalau kita lihat masjid – masjid itu yang merupakan awal  berdirinya perkembangan pondok pesantren biasa kita sebut dengan جامع  (Jami’) ada istilah مسجد جامع dan ujung dari perkembangan pondok pesantren tentu selain dia mengembangkan macam – macam aktivitas ada koperasi, ada unit usaha dan macam – macam tapi perguruan tinggi sebagai sebuah institusi pendidikan keagamaan yang mendalami ilmu keagamaan dan ilmu – ilmu umum lainnya itu juga biasa kita sebut جاعة ini cukup menarik جامع  dan جاعة yang akar katanya sama sebenarnya jadi kita bisa memaknai bahwa جامع  dan جاعة ini tidak hanya bermakna yang mampu mengumpulkan, menghimpun, menggabungkan atau mengsinergikan dalam pengertian yang sederhana yaitu menghimpun para santri – santri yang datang dari berbagai daerah tapi yang sekali lagi menjadi tradisi Indonesia adalah kemampuannya menggabungkan dua pendekatan yang selama ini berkembang dalam dunia islam dalam memahami nilai – nilai islam itu sendiri.

Kkita tentu tahu dulu kita mengenal bagaimana para pendahulu – padahal kita dalam memahami Al – qur’an dalam memahami hadis itu ada yang lebih mengutamakan atau lebih mengedepankan teks nash ( نصوص ) lalu kemudian dikenal sebagai ahlul hadis sangat berpegangan kepada teks dalam memahami ajaran agama yang bersumberkan tapi juga ada sebagian ulama yang lebih senang atau lebih berminat atau lebih dalam memahami nilai – nilai agama mengandalkan mengembangkan logika nalar akar pikiran jadi tidak hanya tertuju pada teks tapi juga konteks lalu kemudian berkembang dengan istilah أهل الرأي dan dua pendekatan ini masing – masing tentu merasa memiliki keunggulannya yang di beberapa tempat itu  terkadang sering kali diperhadapkan ahlul hadis mengatakan “Saya lebih memiliki otoritas dalam memahami islam, dalam memahami firman tuhan, dalam memahami hadis – hadis rasul karena jelas rujukannya yaitu نصوص  yang kita tidak boleh keluar darinya”, sementara أهل الرأي pun juga mengatakan hal yang sama bahwa tidak bisa melihat agama hanya berpatokan kepada nash saja karena kehidupan ini berubah, karena dinamika masyarakat ini terus berkembang dan kita tidak boleh hanya terbelenggu dan tersandera dengan teks karena tuhan menurunkan akar, nalar dan karenanya harus kita kembangkan dan harus kita tafsirkan sesuai konteks zamannya, dan ini yang terus berkembang sebagaimana saya katakan sering kali diperhadapkan, dibenturkan baik oleh internal itu sendiri maupun yang lebih besar sebenarnya oleh kalangan luar yang memang ingin punya agenda untuk membenturkan.

Ulama – Ulama Indonesia dengan ka’arifannya mampu mensinergikan ini, menghimpun dua pendekatan ini yang lalu kemudian bisa bersinergi saling mengisi dan saling melengkapi dan ini penting karena pondok pesantren mengajarkan itu semua, di pesantren itu sangat terbiasa menghadapi keragaman atau perbedaan menjadi sesuatu yang tidak kagetan atau bukan sesuatu yang asing keragaman pandangan itu karena masing – masing memiliki sisi perspektifnya masing – masing, karenanya menurut hemat saya ini yang harus kita jaga dan kita pelihara di banyak tempat sekali lagi dua pendekatan yang merupakan warisan hazanah keilmuan islam itu dibentur – benturkan, diperhadap – hadapkan saling menyalahkan satu dengan yang lain bahkan lebih ekstrem saling mengkafirkan, maka menjadi kewajiban kita untuk bagaimana warisan para pendahulu kita para ulama – ulama terdahulu yang mampu dengan segala kerendah hatian dengan segala ke’arifan nya mampu menggabungkan ini, jadi جامع  menghimpun sekaligus mensinergikan bukan untuk diperhadapkan dan sekali lagi dalam konteks Indonesia pesantren telah memberikan atsar atau jejak yang jelas bagaimana islam keberislaman dan keindonesiaan itu menkadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, tidak banyak di Negara islam sekalipun kesadsaran para ulama – ulama yang bahkan sampai mengatakan bahwa cinta kepada tanah air itu bagi dari kualitas keberimanan seseorang ungkapan حب الوطن من الإيمان misalnya.

Itu khas Indonesia karena memang ada kesadaran yang luar biasa bahwa berislam dalam konteks Indonesia itu juga bagian yang tidak bisa dipisahkan dari upaya kita menjaga tanah air kita ini, karena hanya di wilayah yang damai sajalah di tanah air yang aman sajalah, di tempat yang tidak ada konflik yang tidak ada sengketa, maka nilai – nilai agama syariat agama islam itu bisa ditegakkan, maka menjadi kewajiban selain setiap muslim menjalankan menegakkan syariat agama ‘maka syarat untuk berlakunya nilai – nilai agamapun juga menjadi kewajiban pula jadi adanya tanah air Indonesia tercinta ini yang senantiasa damai senantiasa rukun menjadi penting untuk perhatian kita dan itulah yang diwariskan oleh para pendahulu kita melalui pondok – pondok pesantren yang sekarang yang jumlah sesuai dengan catatan kami di Kementrian Agama tidak kurang dari 28.992 pondok pesantren dan mungkin akan bertambah karena ini data tahun 2016  dan kami sedang terus melakukan pembaharuan (Updating) karena banyak sekali pondok – pondok pesantren yang lahir belakangan ini bentuk atau wujud dari (Giroh) keberislaman kita yang biasa belakangan ini.

Hadirin sekalian

Inilah pesan yang ingin saya sampaikan pada kesempatan ini sehingga harapan ini atau saya pribadi bagaimana agar kita keluarga besar pondok pesantren ini mampu untuk saling menghargai. Belakangan ini saya sering ditanya bagaimana pak menteri hukumnya kalau hukumnya minum susu unta dicampur dengan yang lain, itu merupakan perdebatan klasik dan ada hadis – hadis yang bisa dijadikan rujukan untuk hal seperti itu tapi hal – hal yang seperti tidak untuk diperdebatkan atau bahkan dibentur – benturkan kita hormati mereka yang punya keyakinan  itu sebagai obat, sebaliknya yang tidak mempercayai itu juga karena keyakinannya maka kita hormati dan kita hargai, jadi umat ini jangan habis energinya resorsisnya untuk mengurusi hal – hal yang memang sesuatu yang tidak bisa disatukan karena memang pandangan itu beragam dan itulah cara Allah untuk memberikan hikmah dan anugerah kepada kita agar lalu kemudian umat ini memiliki pilihan – pilihan yang mana yang akan dia ambil sesuai dengan konteksnya masing – masing, jadi hemat saya hal – hal seperti ini sangat penting supaya sekali lagi kita tidak terjebak habis energi kita hanya untuk mengurusi hal – hal yang tidak produktif sementara masalah pendidikan, masalah ekonomi, masalah kemiskinan dan lain sebagainya yang jauh lebih memerlukan energi dan sumber daya kita itu lalu kemudian tidak lagi mendapatkan waktu yang cukup karena energi kita tersita oleh hal – hal yang tidak produktif seperti tadi.

Oleh karenanya melalui Perhimpunan Pengasuh Pesantren Indonesia ini saya berharap bisa terus ditumbuh kembangkan seperti ini dan tentu harapannya kemajuan yang dicapai tidak hanya bagi pondok pesantren sekali lagi tapi yang lebih utama adalah bagi umat islam Indonesia dan umat islam dunia karena sekarang Indonesia menjadi salah satu model kiblat bagaimana nilai – nilai agama itu juga bisa diimplementasikan dalam kehidupan modern saat ini di tengah – tengah masyarakat yang beragam atau di tengah – tengah masyarakat yang majemuk.

Inilah yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini atas nama Menteri Agama saya menyampaikan selamat kepada seluruh pihak yang telah memprakarsai, menginisiasi lahirnya P2I ( Perhimpunan Pengasuh Pesantren Indonesia ) ini, mudah – mudahan Allah SWT meridhoi niat dan amal baik ini dan mudah – mudahan Allah SWT senantiasa memberkahi kita semua, saya akhiri,

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Sumber: Sambutan Menteri Agama RI Lukman Hakim Saefudin Pada Launching P2I    7 Januri 2018